Rayuan Adik Ipar Bikin Kejadian aja
Sunday, April 14, 2019
Edit
Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak
tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit
pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.


Saya berumur 27 tahun. Saya
sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang
pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko
adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.
Karena kesibukannya, dia
sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah
bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya
yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy
adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga
saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.
Selama kami menikah kehidupan
seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan
orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat
pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang
dinamakan orgasme.
Saya memang menikmati seks.
Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama.
Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring
saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan
kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.
Di rumah kami tidak mempunyai
pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy
adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu
ketika saat saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya melihat buku
Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim
ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.
Lebih terkejut lagi ketika
saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang
isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya
seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris
yang cukup baik.
Saya tidak menyangka bahwa
ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari
seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu,
saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita
yang ada pada majalah tersebut.
Suatu ketika saat saya sibuk
membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa
saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang
saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.
Saya duduk di sofa di ruang
TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan
satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus
saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu
meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada
yang masih belum saya ketahui.
Tanpa disadari ia telah
membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh
tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang
setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak
setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan
hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.
Ia kemudian mencium bagian
kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya,
sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan
oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan
saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa
diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.
Tidak lama saya merasakan
sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan.
Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau
melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa
ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya
berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.
Ketika saya kembali dia hanya
tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau
mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya
urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini
berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.
Ia yang kemudian memulai
pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang
merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia
bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami
adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen
terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.
Hari kemudian berlalu seperti
biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang
tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin
peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.
Saya duduk di sofa dan
menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin
dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya
dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman
kedalam kamar.
Disana ia duduk di tempat
tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat
sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak
keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat
sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai
berbicara dengannya.
Tidak saya sadari mungkin
karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas
tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan
saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian
beberapa hari yang lalu.
Melihat saya terdiam dia
mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua
belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh,
betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata
dan menikmati momen tersebut.
Nafas saya semakin memburu
saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya
terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya
terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia
melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.
Tidak tahu apa yang harus
dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah
tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan
kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan
turun menutupi tubuh saya.
Perasaan nikmat kembali
bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini
kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit.
Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya
tersenyum.
Saya mendorongnya pelan dan
berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak
akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang
saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah
berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara
tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan
kirinya mengusapi seluruh badan saya.
Selama kehidupan perkawinan
saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami
melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar,
selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.
Kemudian Roy mulai mencium
bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas
sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan
tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya,
ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.
Kedua tangannya tidak
henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata
saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan
saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta
arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat
saya, bibirnya lantas kembali memagut.
Oh, saya merasakan waktunya
telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia
tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat
laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya
menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan
hangat.
Sejak saat itu, saya dan dia
selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat
mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya.
Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks
kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar
memerlukannya.
Dia juga sangat pengertian.
Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan
oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.
Ceritanya dulu suami saya
Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan agar berlangganan internet.
Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah
Roy melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia
tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.
Niko yang mendengar lalu
menyuruh Roy untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet.
Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol
saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau
ngapain lagi.
Saat itulah Roy lalu
menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya
terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak
terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang
sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam
keadaan sedih.
Saya tidak mengerti program
ini. Hanya Roy ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus
begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin
saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya
bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus.
Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.
Kini saya bagaikan memiliki
dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya
sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak
bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.
Suami saya tidak pernah
curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko
sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia
bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan
keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya
ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.
Saya katakan dengan tegas
kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya
merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah
menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.
Suatu kali saya disuruh untuk
melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat
membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi
dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka
akhirnya ia menyerah.
Kejadian ini berlangsung
beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana
saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada
saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks
kepada saya terlebih dahulu.
Saya tolak, karena saya pikir
dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana
saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan
tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya
membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya,
seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.
Selama beberapa hari saya
merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi
setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia
menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk
merayunya, tetapi dia tetap menolak.
Saya bingung, apa saya tidak
cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah,
banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman
wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual
itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.
Saya tidak diijinkan terlalu
banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun
kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal
ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati
saya.
Sesudah melahirkan, saya
tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang
senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang
masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya
mengajarkan bagaimana cara merawat diri.
Bila saya berjalan dengan
suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan
bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat
beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat
bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat
dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.
Tetapi Roy sendiri menurut
saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang
datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan
rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya
untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.
Saya merasa saya
ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks
lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung
masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.
Hingga suatu saat saya tidak
dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton
film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya
bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya
bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya
perbuat.
Dengan gesit dia membuka
seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus
menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya
lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah
saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya
dengan menggunakan lidah saya.
Dengan bantuan tangan saya,
saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati
es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut
saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa
kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus
dituntut melakukan hal yang lebih.
Dia berkata bahwa itu
disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi
bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita
terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya.
Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya,
saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak
higienis.
Karena khawatir saya tidak
memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya
disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta,
hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang
senggama saya.
Selama beberapa menit saya
melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah
menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium
atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa.
Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau,
seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.
Tangannya mendorong kepala
saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan
gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian
menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan
alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik.
Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya
telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.
Saat dia sudah tenang, dia
kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena
saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua
usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi
berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia
main paksa lagi saya harus hajar dia.
Sesudah nafasnya menjadi
tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan
oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme
berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.
Sejak saat itu, oral seks
merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia
melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma
tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah
menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada
efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya
jadi tidak ambil pusing lagi.
Tidak lama berselang, sekali
waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa
isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi
begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini
seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di
majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa
membayangkan untuk memakainya.
Dia tertawa melihat saya
kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia
bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”.
Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang
menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.
Karena saya pikir toh hanya
dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya
terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya
menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan
pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa.
Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny
sekali.
Saya sudah tidak tahan
menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya
melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan
sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan
tidak ada lagi hari esok.
Sejak saat itu, saya lebih
sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia
mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang
yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini
dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak.
Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.
Dia tidak keberatan selama
saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai
bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun
merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam.
Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan
selera.
Saya mulai menikmati hal-hal
yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran
seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui
kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi
saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan
Roy.
Saya tidak ingin rumah tangga
kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan
tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.
Suatu ketika, Roy pulang
dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi
sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga
wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada
saya yang ternyata bernama Bari.
Kami ngobrol panjang lebar.
Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga
musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini
dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai
menganggap Bari sebagai teman.
Bari semakin sering datang
kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko
sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu
sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri
mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.
Ketika saya dekati ternyata
mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya.
Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang
lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit.
Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa
sangat seksi.
Karena saya mulai tidak kuat
untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya
menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak
merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa
saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.
Kata Roy, kamar saya terlalu
jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak,
tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan
rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu
persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena
saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil
apa apa.
Kini saya berada diatas
tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai
merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main
didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia
melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat.
Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya.
Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.
Kini kami melakukannya dalam
‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah
tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali.
Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan
sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat
sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam
posisi seakan hendak merangkak.
Sebenarnya saya ingin tiduran
saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap
kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya
walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap
bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya.
Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan
pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.
Kembali kenikmatan membuai
diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya
kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa
menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan
saya lupa diri.
Saya keluar untuk pertama
kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud
sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan
demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti
akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.
Sesekali tubuhnya
dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari
belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang
lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap
menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.
Saya hampir mencapai orgasme
saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi
dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan
diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan
melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak
ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy.
Tiba-tiba tubuh saya diangkat
kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung
menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum
sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh
saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas
tempat tidur.
Rambut saya dijambak
kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya
menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara
saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya.
Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan
saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.
Semua ini dilakukannya tanpa
berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa
penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar
mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat
sangat.
Yang membuat saya terkejut
ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan
ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya.
Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat
melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan
saya.
Jadi, yang saat ini menikmati
saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan
melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa
dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun
dari tempat tidur. Tetapi
Bari menahan saya. Tangannya
mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy
memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.
Saya merasa diperalat. Ya,
saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas
teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah
terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.
Roy bergerak mendekat hingga
tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia
mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak
membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut
saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami
bertiga.
Saya mulai merasakan sesak
napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya
bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang
tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat
bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya
sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang
dengan beruntun.
Tetapi Roy tidak puas dengan
posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Roy menyorongkan
penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut
saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan
kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.
Kemudian mereka mulai
menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan
menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin
menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya
mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.
Tidak lama kemudian mereka
keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri
sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka
berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya
bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar
saya.
Di kamar saya masuk ke dalam
kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak
tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada
diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu,
namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan
saya.
Malam itu, saat saya
menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang.
Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.
Sejak saat itu, Bari tidak
pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy. Saya ingin
menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya.
Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut
suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy.
Hingga pada suatu kesempatan,
Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya.
Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya
mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak
saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’.
Saya tidak tahu harus ngomong
apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya.
Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk
melakukan oral seks kepadanya.
Selama dua bulan, ada saja
yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa
makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya
pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia
mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.
Itu adalah ‘candle light
dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis
untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan
benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu
harus bagaimana.
Saya merasa saya tidak akan
pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu
indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.
Related Posts